Senin, 13 April 2009

TAJDID

Oleh: Yosrizal Gavar

“Sesungguhnya Allah Ta’ala membangkitkan untuk umat ini atas pangkal tiap–tiap seratus tahun orang yang akan memperbaharui bagi mereka (Hadist dirawikan oleh; Dawud, Al Baihaqi, Al Hakim, Abu Hurairah).

Hadist di atas menjelaskan kepada kita bahwa tiap – tiap seratus tahun atau satu abad Allah akan menimbulkan seseorang untuk memperbaharui kembali ke jalan Allah.
Tajdid artinya : memperbaharui sesuatu, dan orang yang memperbaharui tersebut dinamakan mujadid. Ada juga orang yang mengartikannya dengan reformasi, reformis adalah sebutan untuk orang yang menjalankan reformasi.
Dalam kaitan ini ada sebuah hadist lagi yaitu berbunyi “Perbaharuilah iman kamu”. Kalau kita pertalikan kedua hadist di atas maka akan bertemulah kita dengan “Sesungguhnya Allah Ta’ala membangkitkan untuk umat ini atas pangkal tiap-tiap seratus tahun orang yang akan memperbaharui bagi mereka”, maka untuk itu perbaharuilah iman kamu .
Jadi jelaslah bagi kita bahwa kesadaran kita dalam beragama harus terus kita perbaharui, keimanan harus terus kita asah dan tingkatkan, jangan “jumud”, jangan dibiarkan beku, jangan sampai bobrok.
Tajdid mengajak orang untuk kembali melihat sunnah Nabi SAW, berusaha dengan sekuat tenaga dan fikiran kita untuk melaksanakannya. Tetapi sayang seribu kali sayang sekarang ini kita lihat, banyak sekali orang yang berusaha memperbaharui agama Islam dengan cara membolehkan sesuatu persoalan yang jelas-jelas dilarang oleh Allah SWT (dalam Al Qur’an), sekali lagi Mujadid adalah orang yang menghidupkan kembali sunnah dan mengajak untuk melaksanakannya, setelah tertimbun oleh perbuatan-perbuatan ingkar, bid’ah yang datang sesudah wafatnya Rasulullah SAW.
Abdullah Bin Mas’ud mengatakan : ”Bagaimana sikap kalian bila datang waktunya negeri diserang suatu fitnah, yang anak-anak kita terdidik dengannya, dan orang tua telah tua dengan dia, perbuatan bid’ah telah dijadikan sunnah, dan kalau ditegur mereka marah dan mereka katakan sunnah telah berubah”
Lalu orang bertanya kepada beliau “Kapan terjadinya hal itu, dan apa tandanya?” lalu beliau menjawab “Hal itu terjadi kalau telah banyak yang pandai membaca, tetapi sedikit yang pandai memahamkan, banyak yang memegang kuasa, tetapi sedikit yang dapat dipercaya, dan orang-orang yang mencari keuntungan duniawi dengan berselubung amal akhirat, dan orang yang memperdalam agama bukan untuk agama”.

PANGKAL SERATUS TAHUN
Sejak zaman Bani Umayyah terjadi penyelewengan secara besar-besaran, khalifah sudah tidak mengikuti lagi kearifan dan lurusnya khalifatur rasyidin, Khalifah Mu’awiyah menjadikan khotbah jum’at sebagai ajang mencaci maki Syaidina Ali bin Abi Thalib dan memasukkan kutukan terhadap Ali di setiap khotbah keduanya. Kemudian Allah timbulkan Umar bin Abdul Aziz, beliau melakukan tajdid, beliau kembalikan hakikat khotbah jum’at dengan nasehat dan do’a menyerukan kepada keadilan dan kebaikan dunia akhirat. Imam Syafe’I menentang usaha khalifah Al Ma’un yang zalim dari bani Abbas. Contoh lain : Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaludin Al Afghani, Sayid Qutb dan lain-lain.

MUHAMMADIYAH GERAKAN TADJID
Muhammadiyah berdiri sewaktu Indonesia masih dalam penjajahan (1912), bisa dibayangkan keterbelakangan yang melingkupi masyarakat Indonesia pada waktu itu. Muhammadiyah tergerak untuk melakukan perubahan dan pembaharuan seperti termaktub dalam tujuan awal berdirinya Muhammadiyah sendiri yaitu :
1. Menyebarluaskan pengajaran Kanjeng Nabi SAW kepada penduduk Bumi Putera
2. Memajukan hal agama kepada anggota-angotanya.
Jadi jelaslah bahwa Muhammadiyah mengajak kembali ke Sunnah Nabi Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sendiri mengatakan “tidak akan tersesat kamu selama berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah”. Jangan menghalalkan yang sudah diharamkan. Jangan membolehkan hal yang sudah dilarang. Jangan mengerjakan hal yang tidak diperintahkan. Insya Allah Muhammadiyah tidak akan tersesat dan tidak akan pula menyesatkan.

Nashrun Minallah Wafathun Qariib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar