Oleh: Drs. H. Aprizaldi
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian pada bulan yang empat itu. (QS. At-Taubah: 36).
Sesungguhnya bulan Muharram adalah bulan yang agung dan bulan istimewa, bulan pertama dalam kalender Islam dan salah satu dari bulan haram (suci) yang Allah tegaskan dalam firman-Nya di atas,
Dari Abu Bakroh dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: Satu tahun itu ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan haram yaitu tiga bulan yang berturut-turut, Dzulqo’idah, Dzulhijjah dan Muharram, serta Rajab Mudlor yang berada di antara bulan Jumada dan Sya’ban.” (HR Bukhari ).
Bulan ini dinamakan Muharram karena ia adalah bulan yang diharamkan secara tegas oleh Allah sebagai mana firman-Nya tadi. Maksudnya: pada bulan-bulan haram tersebut, karena dosa pada bulan tersebut lebih berat dibanding dosa di bulan-bulan lain.
Ibnu Abbas menjelaskan Allah mengkhususkan empat bulan yang haram dan menegaskan keharamannya. Allah juga menjadikan dosa pada bulan tersebut lebih besar. Demikian pula amal shaleh dan pahala juga menjadi lebih besar.
Qatadah mengatakan : Sesungguhnya perbuatan zhalim pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada pada bulan-bulan lain. Meskipun zhalim, bagaimanapun juga merupakan dosa besar, tetapi Allah membesarkan balasan bagi pelakunya. (Tafsir Ibnu Katsir tafsir surat At Taubah 36).
Keutamaan Puasa pada bulan Muharam Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah bersabda, Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadlan adalah puasa pada “bulan Allah” yang namanya bulan Muharram. (HR Muslim nomor)
Kata bulan Allah menunjukan bahwa bulan tersebut memiliki keagungan karena disandarkan kepada Allah. Al-Qari mengatakan: Yang dapat dipahami secara langsung dari hadits ini adalah bahwa hal ini mencakup seluruh hari pada bulan Muharram.
Tetapi ada hadits dari Rasulullah saw. yang menunjukkan bahwa beliau tidak berpuasa satu bulan penuh selain bulan Ramadlan. Maka hadits ini merupakan anjuran untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram tetapi tidak satu bulan penuh.
Ada pula hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah saw. memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Mungkin beliau baru mendapat wahyu tentang keutamaan bulan Muharram pada akhir hayatnya, sebelum sempat mengerjakan puasa pada bulan tersebut. (Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi).
Allah memilih waktu dan tempat menurut yang dikehendaki-Nya seperti memberikan keutamaan pada tempat dan waktu, yang kembali pada kemurahan Allah terhadap para hamba-Nya untuk melipatgandakan pahala bagi orang yang beramal, seperti keutamaan puasa Ramadhan dari puasa pada bulan-bulan lain, demikian pula ‘Asyura. Keutamaan yang Allah berikan ini menunjukkan kemurahan dan kebaikan Allah terhadap hamba-hamba- Nya. Allah memilih beberapa pilihan dari makhluk-Nya sendiri, Allah telah memilih rasul (utusan) dari para malaikat sebagaimana Allah juga memilih rasul dari umat manusia, Allah memilih dzikir dari kalam-Nya, memilih masjid-masjid dari bumi-Nya, memilih bulan Ramadlan dan bulan-bulan haram dari seluruh bulan, memilih hari Jum’at dari seluruh hari dalam satu pekan, memilih lailatul qadar dari seluruh malam, maka agungkanlah apa yang telah Allah agungkan, karena menurut para ulama segala sesuatu itu memiliki kedudukan agung jika memang telah Allah berikan kedudukan agung padanya.
Puasa 'Asyura dalam sejarah, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas beliau berkata: “Ketika Rasulullah saw. datang ke kota Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura beliau bertanya: “Apa ini ?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Nabi Musa pun berpuasa pada hari ini.”
Beliau bersabda: “Saya lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada kalian, maka beliau berpuasa dan memerintahkan kepada kaum muslimin untuk berpuasa juga.” (HR Bukhari)
Abdullah bin Abbas berkata: para sahabat mengatakan: “Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani.” Rasulullah bersabda: Insya Allah pada tahun depan kita akan puasa pada hari (tasu'a) kesembilan. Ibnu Abbas mengatakan: “Sebelum datang tahun berikutnya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah wafat.” (HR Muslim).
Puasa ‘Asyura sudah dikenal bahkan pada masa jahiliyah sebelum Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi Rasul. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah beliau berkata: Sesungguhnya orang-orang jahiliyah dahulu sudah pernah mengerjakan puasa ‘Asyura. Imam Al Qurthubi mengatakan: Mungkin orang jahiliyah puasa tersebut dengan alasan mengikuti syari’at Nabi Ibrahim.
Dalam Hadits Riwayat Muslim : Puasa Asyura dapat menghapus dosa satahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
Maka dari sekian banyak upacara, tradisi, budaya yang berkaitan dengan bulan Muharram, Asyura atau Suro (jawa), hanya Puasa Tasu'a dan Puasa Asyura yang ada hubungannya dengan ajaran Islam.
Masalahnya adalah mengapa ummat Islam sekarang lebih cenderung melaksanakan budaya, tradisi dan upacara yang mungkin bertentangan dengan ajaran Islam sendiri ketimbang melaksanakan ajaran Rasulullah, Na'uzubillah.
Dalam sejarah Islam, setiap kemenangan dan keberhasilan diperingati dengan ibadah bukan dengan berfoya-foya, seperti latar belakang disunnahkannya puasa Asyura adalah peristiwa bersejarah pada 10 Muharam antara lain : 1. Allah menerima taubat Nabi Adam ; 2. Nabi Idris a.s telah diangkat ke langit ; 3. Berlabuhnya perahu Nabi Nuh a.s ; 4. Nabi Ibrahim diselamatkan dari api ; 5. Allah menerima taubat Nabi Daud ; 6. Allah mengangkat Nabi Isa ke langit ; 7. Allah menyelamatkan Nabi Musa dari kekejaman Firaun ; 8. Allah menenggelamkan Firaun ; 9. Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan ; 10. Allah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman a.s ;.
Hari Asyura 10 Muharam 65 H terjadi peristiwa pembunuhan Saidina Hussain cucu Rasulullah saw (anak Saidina Ali) dibunuh dengan kejam di Karbala di Iraq. Di Bengkulu diperingati dengan Upacara Tabot yang puncaknya jatuh pada 10 Muharram (1430 H). Perlu diingat bahwa Tabot bukan ajaran Islam tetapi mungkin termasuk budaya Islam, Wallahu a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar