Senin, 13 April 2009

EMPAT MACAM BELENGGU MANUSIA

Oleh: Drs. H. Aprizaldi

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra : 70)
Makhluk manusia yang diinginkan oleh Allah adalah manusia yang bebas dan merdeka menurut asal penciptaannya, yang tidak diikat oleh rantai belenggu yang menjeratnya, sehingga ia dapat bebas mencapai cita-cita luhurnya sesuai dengan fungsi hidayah dan akal yang mengiringi pisiknya.
Cita-cita mulia manusia adalah menjadi insan kamil, menjadi hamba Allah yang shalih, yang mengabdikan dirinya pada kehendak Ilahi, menegakkan kebenaran, melawan kebathilan dan mewujudkan kehidupan yang adil, damai dan sentosa. KH. Ahmad Dahlan melalui gerakan Muhammadiyah berupaya mencapai cita-cita tersebut.
Kebanyakan manusia gagal mencapai cita-cita luhurnya itu, karena tidak berhasil melepaskan diri dari belenggu-belenggu yang mengikatnya. Manusia adalah makhluk yang aneh. Dihadapannya terletak ribuan kemungkinan atau pilihan yang dapat dilakukannya, dari yang paling hina sampai kepada yang paling mulia. Semakin berhasil manusia melepaskan diri dari belenggu yang mengikatnya semakin mudah ia mendekati cita-cita luhurnya. Sebaliknya, semakin erat ikatan belenggu-belenggu itu menjerat dirinya, maka semakin dalam pula kejatuhannya pada lumpur kenistaan.
Adapun belenggu yang menjerat manusia adalah:

PERTAMA - BELENGGU ALAM
Belenggu alam adalah belenggu yang paling mudah untuk mengatasinya. Manusia adalah makhkuk alam. Ia hidup di dalam alam oleh karena itu ia sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam tersebut. Jika udara sangat dingin, manusia akan merasa kedinginan. Jika udara terlampau panas manusiapun akan kegerahan karena panas. Bencana alam seperti gempa, banjir, longsor dan tsunami akan sangat mempengaruhi keterbatasan gerak gerik manusia.
Andaikan manusia terus menerus menuruti kehendak alam ia akan tergantung sepenuhnya pada alam bukan kepada yang punya alam, Kebebasan gerak menjadi hilang. Ia akan diperbudak oleh alam.
Manusia harus berhasil membebaskan diri dari belenggu alam. Jika musim panas diciptakan AC. Udara dingin diatasi dengan heater. Jika jarak jauh dibikin alat transportasi dan kalau ditempat domisili tidak memungkinkan lagi untuk hidup layak harus hijrah ke tempat lain.
Bagi orang yang beriman diharuskan mampu mengatasi belenggu alam misalnya dengan melemparkan selimut dikala dingin tengah malam untuk bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah untuk melaksanakan shalat Tahajjud dalam rangka berusaha menjadi manusia yang mulia dihadapan Tuhannya.
Belenggu alam paling mudah untuk diatasi dengan ilmu pengetahuan dan kemauan yang kuat, alam karena alam diciptakan Allah untuk manusia dan manusia telah ditunjuk untuk menjadi khalifah di bumi ini.

KEDUA - BELENGGU TRADISI
Tradisi yang sudah turun-temurun pada hakekatnya juga menjadi penjara yang mengungkung gerak manusia. Pada umumnya manusia cenderung beranggapan bahwa apa yang sudah diwarisi nenek moyang merupakan kebenaran yang harus diterima dan dilestarikan walaupun sebahagian besarnya tidak logis.
Dalam masyarakat kita belenggu tradisi ini dapat diamati dengan jelas. Semua lapisan masyarakat kita sudah dibelenggu oleh berbagai tradisi yang sangat membebani serta irrasional itu. Contoh menanam kepala kerbau pada setiap peresmian jembatan atau gedung baru. Apa hubungan penanaman kepala kerbau dengan keselamatan jembatan dan kokohnya suatu bangunan yang didirikan ?. Pada hal jika jembatan dan gedung itu dibangun dengan konstruksi dan bahan yang benar berdasarkan ilmu pengetahuan yang benar insya Allah tidak akan roboh. Tetapi walaupun ditanam seribu kepala kerbau jika dibuat asalan, bahannya dikorup pasti tidak akan tahan lama.
Manusia tidak lagi memohon keselamatan kepada Allah Yang Maha Pencipta tetapi justru meminta kepada makhluk yang lebih derajatnya jauh lebih rendah dari manusia.
Dalam Al-Qur`an Allah berfirman: Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenen moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ? (QS.Al-Maidah : 104)
Hanya manusia mukminlah yang mampu menjebol belenggu tradisi karena kekuatan Allah diatas segalanya. Ia Maha Besar, Maka Berkuasa dan Maha Suci.
Apa bila kita mengakui ada kekuatan lain selain kekuatan Allah yang ditakuti dan dimohon pertolongannya, dimanakah letak ayat yang sering kita baca setiap raka’at Shalat: Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkau saja kami minta tolong. (QS.Al-Fatihah : 5)

KETIGA - BELENGGU MASYARAKAT
Kita hidup ditengah-tengah masyarakat manusia. Jadi tidak heran bila arus masyarakat sering menjerat kita dan sulit untuk menghindarinya. Dengan demikian mudah dipahami bahwa mengapa kebanyakan manusia tidak mau menentang apa yang menjadi arus masyarakat sehingga merekapun hanyut dibawa arus kebiasaan masyarakat tersebut.
Ternyata masyarakat dengan kuat sekali membelenggu orang lain misalnya soal pakaian terutama dikalangan kaum remaja putri karena wanita idolanya memakai pakaian modern yang memamerkan sebagian besar auratnya dan seronok maka jarang sekali wanita lain yang tidak ikut-ikutan cara berpakaiannya itu.
Hanya wanita muslimahlah yang mampu mengatasi belenggu masyarakat tersebut. Ia bertahan dengan berbusana muslimah mungkin ia termasuk minoritas, menantang arus dan bisa difonis tradisional.

KEEMPAT - BELENGGU EGO
Dibandingkan dengan belenggu alam, tradisi dan masyarakat maka belenggu ego adalah yang paling sulit diatasi. Ego, nafsu atau ananiyah kita pada hakekatnya dapat memenjarakan kita sendiri. Ego itu berada dalam diri, jadi yang memenjara dan yang dipenjara, yang membelenggu dan yang dibelenggu selalu bersamaan. Manusia yang sudah terbelenggu oleh egonya bahkan kemudian akan mempertaruhkan ego itu. Ia menjadi manusia yang tamak, loba dan serakah. Ia tidak puas dengan apa yang dimilikinya walaupun secara kasat mata dia sudah kaya raya.
Masyarakat yang manusianya sudah terbelenggu oleh ego akan menjadi masyarakat yang resah gelisah, hidup nafsi-nafsi, spirit kerja sama serta tolong menolong menjadi sirna bahkan bisa menjadi masyarakat yang exploitative. Pihak yang kuat memeras dan menindas yang lemah dan yang kaya menghisab si miskin sehingga kepincangan semakin lebar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar