Oleh : Yosrizal Gavar
Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali ke kota naik bis pere
Hilir mudik jalan kaki pincang
sampai sore
Akibatnya jebol kaki sepatu terompah
Kakinya pada lecet babak belur berabe
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali ke kota naik bis pere
Hilir mudik jalan kaki pincang
sampai sore
Akibatnya jebol kaki sepatu terompah
Kakinya pada lecet babak belur berabe
Syair gubahan Ismail Marzuki ditahun 50-an diatas sampai sekarang masih relevan dengan keadaan masyarakat sekarang. Syair di atas menggambarkan suasana rakyat dalam merayakan lebaran, bahagia, sederhana apa adanya. Kegiatan rutin nyaris berhenti bahkan untuk beberapa hari ibu-ibu tidak menanak nasi, karena sudah dimasak ketupat tahan basi.
Dapatlah dikatakan tidak ada pesta rakyat semeriah dan seramai serta merakyat selain lebaran, rumah-rumah dirapikan, pakaian baru disiapkan, betul-betul spesial.
Pengarang terkenal Aman Dt Madjo Indo dengan sangat manis menggambarkan suasana hati satu keluarga di Betawi dalam bukunya Si Doel Anak Betawi : Dalam buku itu diceritakan bagaimana si Doel penjual kue keliling sedih, gundah gulana hatinya dikarenakan lebaran sudah dekat sedangkan baju baru belum terbeli, dikarenakan keadaan yang serba kekurangan, sementara sang emak tiada daya berlinang air mata namun dimalam takbiran apa yang diidamkan didapat berkat sadakah yang diterima, zakat membantu orang yang ingin merayakan lebaran, agama mengajarkan jangan sampai ada yang tidak makan di 1 Syawal semuanya sudah harus berbuka.
Bagi rakyat kecil merayakan lebaran sudah cukup menggembirakan dengan mengunjungi jiran tetangga, handai taulan, karib kerabat, seharian pincang sampai sore.
Tetapi terkadang ada juga yang patut disesalkan, bahwa di dalam perayaan Idul Fitri segelintir manusia merayakannya dengan cara melanggar norma agama, norma susila dan menyusahkan orang banyak, sebuah lagu lama menggambarkan berikut ini :
Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan itu dipakai untuk berjudi
Main ceki sambil mabuk brendy
TRADISI
Mudik adalah tradisi dalam merayakan lebaran, sejak kapan ini dimulai tidak ada data yang pasti, mereka menabung dari bulan ke bulan untuk biaya dan dibawa mudik, tidak diingat jerih selama setahun, terlupakan setelah bertemu orang tua dan handai taulan, hal ini tidak bisa dicegah walaupun lalu lintas macet menghadang, keletihan menimpa semuanya terbayar lunas dihari lebaran.
Meskipun demikian tentu saja tidak semua para perantau mampu pulang ke kampung halaman, tidak sedikit yang terkapar di pondok-pondok reot, kolong jembatan, tidak bisa tahun ini Insya Allah tahun depan.
Bukan padi seluluh ini
Tanjung Raya Jalan pulang
Pandanku saja yang tak tampak
Bukan hati sesusah ini
Dihari raya dagang pulang
Badanku saja yang tak tampak
Shilaturrahmi saling bersalaman, saling mengunjungi merupakan acara paling banyak menghabiskan waktu, setelah dikunjungi tentu balas mengunjungi dan tentu bersalaman lagi. Diucapkan Mohon maaf lahir dan bathin, bergaul saja belum, punya urusan juga tidak ucapan minta maaf lahir bathin sudah membudaya, mudah-mudahan kita paham maknanya.
Bukalah pintu rumah anda yang bagus lebar-lebar, bukalah juga pagar besi tinggi itu, tetanga anda yang fukara dan masakin merasa takut mendatangi rumah anda sebab siang malam selalu ditutupi pintu besi, lebih mulia lagi kalau kita yang lebih dahulu mendatangi
Bukan hanya kunjungan kepada yang masih hidup dilakukan, kepada yang sudah meninggal pun tidak ketinggalan, tempat-tempat pemakaman ramai dikunjungi.
Berziarah ke kuburan termasuk yang dianjurkan, Rasulullah SAW mengatakan bahwa: berziarah adalah untuk mengingatkan kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar