Senin, 13 April 2009

PARTAI AMANAT NASIONAL (P A N)

Oleh: Yosrizal Gavar

ASPEK HISTORIS
Sebagai sebuah organisasi yang mengumandangkan amar ma’ruf nahyi mungkar, Muhammadiyah pada waktu itu prihatin dengan kondisi bernegara yang diibaratkan dengan api di dalam sekam, tenang di luar panas di dalam lama kelamaan sekam akan habis digerus api, diistilahkan oleh Syafe’I Ma’arif pada waktu itu dengan negara ibarat kayu yang dimakan rayap, terlihat indah diluar rapuh didalam hadist Rasulullah mengatakan “ Sesungguhnya manusia akan menyaksikan perbuatan zalim, ia tidak mau mencegahnya, dikhawatirkan Allah akan menimpakan kezaliman itu pada masyarakat sebagai balasan dari Allah”(HR Daud dan Tirmizi dari Abu Bakar).
Pada sidang Tanwir Muhammadiyah di Surabaya Desember 1993, isu suksesi yang dikumandangkan oleh Amien Rais menjadi perbincangan banyak pihak, walaupun pada akhirnya isu suksesi ini tidak menjadi keputusan Tanwir Muhammadiyah, tetapi membuat masyarakat tersadar bahwa Indonesia sedang menghadapi krisis kepemimpinan yang mana nanti sejarah membuktiklan krisis kepemimpinan ini akan menjadi-jadi pada tahun 1998 mengakibatkan terjadi krisis multidimensional, yang dampaknya masih kita rasakan saat ini.
Pada Muktamar Muhammadiyah di Banda Aceh tahun 1995, Amien Rais terpilih sebagai ketua Umum Muhammadiyah, setelah sebelumnya sebagai pejabat sementara Ketua Umum dikarenakan meninggalnya ketua umum Muhammadiyah pada waktu itu KH.Azhar Basyir.MA. Lokomotif reformasi menderu lebih kencang, angin perubahan semakin deras tiupannya.
Semarang 5-7 Juni 1998, sidang Tanwir Muhammadiyah dilaksanakan, ditengah suasana bernegara yang tengah dilanda krisis dimensional, krisis yang melanda segala dimensi dan sendi kehidupan bermasyarakat, etika, akhlak, ekonomi, keamanan menjadi terbalik pengertiannya. Muhammadiyah perlu menegaskan jati dirinya, setelah tumbangnya Orde Baru tanggal 21 Mei 1998, setelah mendorong lokomotif reformasi Indonesia Muhammadiyah tidak boleh mundur, karena pekerjaan belum selesai kewajiban Muhammadiyah untuk terus mengawalnya. Tanwir memutuskan, merekomendasikan kepada Pimpinan Muhammadiyah mempersiapkan partai baru, sebagai wadah warga Muhammadiyah.
PAN BERDIRI
PAN dideklarasikan pada tanggal 23 Agustus 1998, sehari sebelumnya dalam kapasitasnya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Amien Rais mengundang Anggota PP Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah di seluruh Indonesia, tentang rencananya untuk mendeklarasikan Partai Amanat Nasional (PAN) yang akan ia pimpin, konsekwensinya Amien Rais mundur dari jabatan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan sebagai Pejabat sementaranya adalah Syafe’I Ma’arif.
Dalam pidato politiknya, selaku Ketua Umum PAN, Amien Rais meminta do’a restu dari warga Muhammadiyah agar dirinya diperkenankan mengemban amanah untuk memimpin partai yang mewakili kalangan lebih luas”Saya tahu warga Muhammadiyah adalah bagian dari kemajemukan itu dan saya percaya bahwa cita-cita membina masyarakat yang beradab, bermartabat, dan saling menghormati adalah selaras dengan gerakan Muhammadiyah”
MUHAMMADIYAH DAN PAN
Sebagai sebuah produk, PAN lahir dari buah pikir Muhammadiyah yang kemudian embrionya dirancang oleh tokoh Muhammadiyah, tokoh LSM, kelompok Islam Modernis, tokoh kampus, dan tokoh-tokoh lintas agama dan etnis, basis utama PAN pada waktu itu adalah warga Muhammadiyah. Sebagian besar DPW PAN pada waktu itu melibatkan tokoh-tokoh Muhammadiyah, meskipun tidak ada hubungan organisatoris sama sekali antara keduanya.
Seiring berjalannya waktu figur-figur yang lekat dengan Muhammadiyah mulai menghilang dari PAN, sejarah Masyumi dan Parmusi berulang, Muhammadiyah kembali kesarang mengabdi kepada agama dan masyarakat.
Pada Sidang Tanwir di Yogyakarta tahun 2008, kembali ada keinginan dari kalangan muda Muhammadiyah, supaya sidang tanwir di Yogya tersebut merekomendasikan sebuah partai yang baru mereka dirikan, agar menjadi partai resmi Muhammadiyah, tetapi dengan tegas peserta sidang tanwir menolak usulan tersebut, hal tersebut diperkuat lagi dengan Surat keputusan PP Muhammadiyah nomor : 160, januari 2009, tentang netralitas Muhammadiyah pada pemilu yang akan datang.
Muhammadiyah menjaga kedekatan yang sama dengan semua partai politik, Drs.H Rosyad Sholeh selaku sekretaris PP Muhammadiayah, sewaktu mengisi materi pengajian pimpinan Muhammadiyah di Masjid Al-Jihad beberapa waktu lalu menganalogikan kedekatan Muhammadiyah dengan kalimat : “Anda dekat kami dekat, Anda jauh kamipun jauh”.
MUHAMMAD AMIEN RAIS
Disingkat dengan MAR, dilahirkan di Surakarta 26 April 1944, anak dari Suhud Rais dan Sudalmiyah, anggota dan pengurus Muhammadiyah dan Aisyiyah. Riwayat pendidikan Amien Rais sejak TK sampai SMA semuanya dilalui di sekolah Muhammadiyah, di kota kelahirannya solo.
Jiwa kepemimpinan Amien Rais sudah diasah sejak ia terlibat dalam pandu hisbul wathan, banyak organisasi yang didirikan dan dipimpin langsung oleh beliau. Sebagai seorang ilmuwan banyak lontaran-lontaran gagasannya yang membuka cakrawala berfikir masyarakat.
Selama memimpin Muhammadiyah Amien Rais banyak melontarkan gagasan-gagasan brilian diantaranya adalah; tauhid sosial, zakat profesi, isu suksesi nasional, high politic.
I B R O H
Kalau kita amati langkah Muhammadiyah untuk menjadi pilar partai Masyumi, atau menjadi pelopor pembentukan Parmusi dan terakhir memutuskan untuk mendukung eksistensi Partai Amanat Nasional tidak lain adalah sebagai tuntutan sejarah bangsa ini yang memang memerlukan sumbangsih nyata dari Muhammadiyah. Masyumi didirikan karena pada saat itu partai Islam terserak menjadi kepingan kecil tidak berarti, bergabung dalam Masyumi, sehingga menjelmalah sebuah partai besar yang berpengaruh di Indonesia. Parmusi dibentuk sebagai reaksi dari kebijakan orde baru yang represif terhadap umat Islam, Muhammadiyah merasa perlu untuk membangkitkan harga diri umat dengan cara mendukung pendirian Parmusi. Sejak awal reformasi Muhammadiyah aktif menyuarakan tentang kondisi bangsa dan negara Indonesia yang mana oleh Buya Syafe’I Ma’arif diibaratkan kayu yang dimakan bubuk bagus diluar keropos didalam, atau dengan kata lain “rancak dilabuah”, Muhammadiyah wajib mendukung langkah-langkah reformasi yang dikomandoi oleh Prof.Dr.H.Amien Rais.MA, termasuk dalam pendirian Partai Amanat Nasional, di saat Muhammadiyah sudah tidak diperlukan lagi Muhammadiyah dengan ikhlas meninggalkan atau ditinggalkan, karena apa Muhammadiyah bisa ikhlas ? walaupun sudah berjuang untuk membesarkan partai tersebut, tetapi kemudian Muhammadiyah tidak mendapat apa-apa! Jawabnya adalah karena Muhammadiyah bukanlah sebuah partai politik yang dikejar oleh Muhammadiyah sesuai dengan semboyannya Amar Ma”ruf Nahyi Munkar atau dengan kata lain menyampaikan kebenaran dan mengajak mencegah untuk melakukan kejahatan. Jadi kalau nanti ada warga Muhammadiyah yang ingin mendirikan partai baru kemudian mengatasnamakan Muhammadiyah dikarenakan dia dipecat atau disingkirkan dari partai lamanya, dengan harapan pendirian partai barunya tersebut dapat mengurangi dukungan warga Muhammadiyah terhadap partai lamanya tersebut, perlu ditegaskan itu bukan cara Muhammadiyah, Muhammadiyah mendukung atau mendirikan sebuah partai bukan karena kepentingan pribadi-pribadi yang ada di Muhammadiyah tapi untuk kepentingan umat bangsa dan negara, penulis berkeyakinan pada suatu saat nanti Muhammdiyah akan kembali memainkan peran politiknya seperti waktu orla,orba dan masa reformasi, sesuai dengan tuntutan sejarah.
Demikianlah trilogi tulisan tentang ijtihad Muhammadiyah di ranah politik, suka atau tidak suka, benar atau salah, tokoh-tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah, dalam setiap tindakannya selalu berlandaskan kepada Al Qur’an dan hadist, dan selalu memikirkan kemaslahatan umat yang dipimpinnya, mari kita ambil hikmahnya janganlah kita apatis dengan politik, sebab kalau politik dilandaskan kepada agama Insya Allah kita akan memperoleh manfaat, seperti yang dikatakan oleh M.Natsir ”politik merupakan salah satu alat untuk memperjuangkan agama Allah”. Tunaikanlah hak kita pilihlah partai dan orang yang kita yakini akan memperjuangkan kebenaran dan berani menjalankan nahyi mungkar, Insya Allah masyarakat dan negara akan makmur dan sentosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar